Air Terjun Banyumala terletak di sebuah desa yang tenang bernama Wanagiri. Desa yang berada di bawah otoritas Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Di dasar lembah yang curam itu, Air Terjun Banyumala resmi dibuka untuk wisatawan pada tahun 2015. Terbilang muda memang, apalagi jika harus disandingkan dengan berbagai air terjun di sekelilingnya. Namun Banyumala tetaplah Banyumala; keindahan Air Terjun Banyumala tak semudah itu dibandingkan dengan alam yang lainnya.
Perjalanan ini lahir dari kami yang rasanya letih bergelut dengan pekerjaan satu pekan lamanya. Belum lagi ditambah aku yang tak karuan menghadapi peliknya permasalahan yang tak kunjung terang; cinta, adaptasi pekerjaan dan persoalan lain yang tak semuanya wajib kutuliskan. Hingga di bawah panas yang menggantang itu kami sepakat untuk mengakhiri pekan dengan tenang di Air Terjun Banyumala.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Lagu Perjalanan
1 Mei 2019 pukul 7 pagi, roda kendaraanku berputar menuju rumah Vony. Tak ku sangka rupanya mereka telah berkumpul lebih dulu dariku. Pikirku akan tepat waktu, tapi sisa Anggur semalam masih saja membuatku nyaman di atas kasur empuk seakan berharap hari akan selalu malam. Ah sudahlah..
Lalu kami pun berangkat meninggalkan Denpasar yang kasar, hahaha waktu itu rasaku benar – benar ingin menjauh dari Kuta dan kota itu. Setiba di Desa Lukluk, mobil menepi ke sisi kiri bahu jalan. Mereka menunjukkanku salah satu warung legendaris di Bali; Warung Nasi Lukluk namanya. Beberapa dari kami memesan nasi babi, beberapa dari kami memesan nasi daging sapi, dan tak seorangpun memesan patah hati.
Baca Juga: Cinta di Green Bay
Perjalanan pun berlanjut setelah perut terisi dan lidah menyantap segala yang telah mati. Menuju Bedugul kami pergi.
Persawahan yang hijau dan asri mulai terlihat saat kami melewati Desa Mengwi. Basah sisa air hujan pada dedaunan seraya menetes membasahi hati yang ditinggal pergi. Rintik gerimis pegunungan pun turut menyambut menyejukkan kedatangan kami.
Hanya berjarak beberapa puluh kilo dari kota, kami merasai Bali yang masih asri.
Danau Bratan, Desa Pancasari, hanyalah sebagian keindahan yang kami lalui saat kami menuju Air Terjun Banyumala.
Setibanya di Desa Wanagiri, kami kembali berdiskusi. Curamnya turunan menuju Air Terjun Banyumala dari jalan raya cukup menciutkan nyali kami yang mengendarai mobil kota. Hingga pada akhirnya kami menumpang di salah satu mobil rombongan yang lain, yang dirasa lebih yakin untuk menaiki dan menuruni pegunungan. Jarak yang tak terlalu jauh dari jalan raya, kami hanya butuh waktu 8 hingga 15 menit hingga kami tiba di area parkir.
Baca Juga: Seruling Samudra di Pacitan
Tak satupun dari kami yang tak enggan berlama – lama. Satu persatu mempersiapkan trekking gear dan peralatan anti airnya. Dan aku hanya mengenakan sandal jepit berjalan menuju loket, mendaftarkan diri dan membayar administrasi.
Lucu memang. Semestinya di penghujan aku menyadari jalanan yang bertangga batu dan tanah akan licin dan berbahaya. Tapi apa daya, kepalaku terlalu penuh sesak dengan segalanya. Mampu bangun pagi dan pergi pun aku sudah cukup bersyukur hati.
Beberapa menit aku berjalan dan terjadilah, alam memaksaku terpeleset saat menuruni jalanan menuju Air Terjun Banyumala. Beruntung ada tongkat kayu yang menopang langkahku lebih seimbang lagi untuk berjalan menuju pertunjukan alam yang indah itu.
Baca Juga: Sebuah Perubahan di Pantai Nyang Nyang
Tiba lah aku di dasar lembah. Gemericik air terjun anakan menyambutku lembut sebelum kulihat keindahan yang masih tertutup pepohonan dan bebatuan.
Aku tak pernah melihat air terjun seindah Air Terjun Banyumala sebelumnya. Bagiku Air Terjun Banyumala adalah yang terindah yang pernah kulihat. Begitu tenang air berjatuhan, jernih dan sejuknya tak mampu kugambarkan melalui tulisan.
Kicau burung dan gemericiknya laksana nyanyian ibu di kala menidurkan anaknya yang lelah menangis. Ya! Aku tenang.
Perlahan kekusutan itu bermetamorfosa menjadi senyum dan tawa yang bahagia. Sungguh sebenarnya aku tak ingin pulang, aku ingin lebih lama lagi bercinta dengan alam. Aku sudah terlalu muak melihat orang – orang di kota, dan juga dia.
No Comments