Fajar itu tak datang, hanya bayu yang selalu membiru tak berhalang. Tak seperti biasa, lelah dan kantuk sama sekali tak terasa kala kaki tak enggan menuruni tangga demi tangga bukit itu. Sejenak kami beristirahat, di pos yang saat jangkrik masih bernyanyi dipergunakan sebagai loket pembayaran restribusi. Fafa, Adrie, dan Zuhdy begitu lama memeluk pagi di bukit yang tinggi. Sedang aku dan Rahma telah menunggu di bawah, mencumbu pagi dengan kopi yang membuatnya mewangi. Baca Juga: Puisi Fajar Punthuk Setumbu …
Browsing Category
Jogja
-
Explore Jogja Folk Indonesia Folk Story Folk Travel Jogja
Punthuk Setumbu, Puisi Fajar Untuk Sahabat
Aku memang selalu rindu untuk pulang. Bukan pada kampung halaman, hanya kota kecil dimana aku pernah tumbuh dan dibesarkan, diajar sendiri oleh alam, pun lebih sering oleh kejadian, atau malah kehidupan?…
-
Sedikit tentang kerinduan, rasanya sudah terlalu lama meninggalkan Pulau Jawa dan tidak lagi sebebas merpati untuk dapat menginjakkan kaki di Jogja. Setelah perpisahan di Jl. Jendral Sudirman Kotabaru beberapa tahun lalu,…