“Allahuakbar! Allahuakbar! Assalamu’alaikum, siapa namamu? Darimana asalmu? Allahuakbar!,” lantang suara seorang berbusana thawb (busana adat Arab) praktis dengan surban yang menutup seluruh pundak dan dadanya. Tak lupa, juga dengan hitam jenggot yang memanjang seperti penampilan Rumi muda. Begitulah yang terekam di kepala seketika kuinjakkan kaki tepat di depan gapura megah Lawang Sewu di Semarang. Ingatan ini melayang pada tayangan televisi yang sempat tren di awal era milenial. Puluhan stasiun berlomba – lomba menayangkan dialog angker dan mistis antara pemuka agama…
Browsing Category