“Allahuakbar! Allahuakbar! Assalamu’alaikum, siapa namamu? Darimana asalmu? Allahuakbar!,” lantang suara seorang berbusana thawb (busana adat Arab) praktis dengan surban yang menutup seluruh pundak dan dadanya. Tak lupa, juga dengan hitam jenggot yang memanjang seperti penampilan Rumi muda. Begitulah yang terekam di kepala seketika kuinjakkan kaki tepat di depan gapura megah Lawang Sewu di Semarang. Ingatan ini melayang pada tayangan televisi yang sempat tren di awal era milenial. Puluhan stasiun berlomba – lomba menayangkan dialog angker dan mistis antara pemuka agama…
FolkStory
-
“Dunia urung puas merusak manusia,” katamu beberapa bulan lalu. Tapi tegaklah ke langit luas manisku, biru lazuar berbinar tersenyum kepadamu.. Sore itu jenuh. Dinding dan atap begitu angker untuk sekedar…
-
“Jalanan setapak dan selicin ini tak mungkin kulalui lagi. Ah apalagi kabut terlalu tebal menutup sorot lampu kendaraan.” Gelap itu benar – benar sunyi, seperti tak ada satupun rumah berpenghuni. Hanya…
-
Sore itu, pekan yang telah memasuki akhir kesibukannya terasa memadati jalanan Kota Denpasar hingga Pantai Kuta. Riuh derap langkah wisatawan, gamelan yang melengking nyaring di banjar – banjar, dan masyarakat lokal…
-
Sahabatku Hanafi telah lebih dulu berpulang ke rumah peristirahatan, di pangkuan Tuhan. Setelah ganas ombak laut selatan Pacitan berhasil memeluk tubuh pecinta alam, yang hendak mengumpulkan sampah anorganik dari cantiknya Teleng…