“Dunia urung puas merusak manusia,” katamu beberapa bulan lalu. Tapi tegaklah ke langit luas manisku, biru lazuar berbinar tersenyum kepadamu.. Sore itu jenuh. Dinding dan atap begitu angker untuk sekedar aku berkata cinta. Nalarku tak lagi mampu berkata – kata. Dan kau. Kau pun hanya terdiam, dan demi setan aku tak pernah tau apa yang terpikirkan. Hingga sekarang. Dan juga senja. Ronanya begitu menggoda untuk kubawa engkau sesekali saja bercengkerama dengan jingganya. Bukan Uluwatu dan ombak dahsyatnya, atau Waterblow…
Browsing Tag