Bali Explore Bali Folk Indonesia Folk Story Folk Travel

Kebangkitan Nasionalisme Di Bajra Sandhi

Bajra Sandhi

Perjuangan itu masih lestari hingga saat ini. Meski filosofi bangunan Monumen Bajra Sandhi begitu syarat akan perjuangan rakyat Bali yang meraih merdeka di 17 Agustus 1945, namun tujuan utama dari berdirinya monumen ini adalah pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari zaman ke zaman.
Digagas oleh Prof. Ida Bagus Mantra, seorang gubernur yang tersohor di era 80an, Monumen Bajra Sandhi memulai proses kelahirannya di tahun 1981 dengan karya arsitektur yang filosofis dari seorang Ir. Ida Bagus Gd Yadnya yang begitu cerdas mengenang kemerdekaan NKRI melalui arsitek.

Bajra Sandhi

Baca Juga: Merayakan Sahabat Di Pelosok Bantul

 

Anak tangga yang tertata rapi di pintu utama berjumlah 17 adalah bentuk penghormatan atas hari lahirnya bangsa Indonesia yang mana rakyat Bali turut andil besar dalam perjuangannya. Hal ini dapat dibaca dalam buku – buku sejarah yang menceritakan tentang Perang Jagaraga I, Perang Jagaraga II, Puputan Margarana, dan masih banyak perjuangan tumpah darah lainnya.

  • 8 Buah Tiang Agung

Di dalam Monumen Bajra Sandhi terdapat 8 buah tiang agung yang melambangkan bulan kelahiran bangsa Indonesia, yaitu Agustus.

  • Ketinggian 45 Meter Monumen Bajra Sandhi

Monumen Bajra Sandhi berdiri gagah di tengah kota dengan ketinggiannya yang menjulang setinggi 45 meter adalah lambang dimana pada tahun itu Ir. Soekarno memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sungguh, sebuah ide yang tak banyak tergagas oleh manusia biasa.

Bajra Sandhi

Baca Juga: Dongeng Di Taman Pembaca Kesiman

 

Masa pembangunan Bajra Sandhi pun begitu nasionalis, seakan mengikut pada lamanya masa penjajahan pemerintah kolonial. Proses kelahiran sempat terhenti di tahun 1981, baru dilanjutkan kembali di tahun 1987. Dan peresmiannya pun terbilang sangat lambat, yaitu 16 tahun setelah pembangunan dinyatakan rampung. Saat itu peresmian dipimpin oleh Presiden Megawati Soekarno Putri di tahun 2003.

Bajra Sandhi

Baca Juga: Sahabat Lebih Besar Dari Fajar

 

Yah, perkenalanku dengan monumen megah ini bisa dibilang tanpa suatu kesengajaan. Hanya kebetulan Bajra Sandhi terlalu megah untuk tak menyita mataku yang bosan melihat berpotong – potong pizza, saat perut bersinggah santai di sebuah pizzeria di tepi jalan Puputan Renon yang memisahkanku dengan Bajra Sandhi.
Ditambah beberapa purnama terakhir ini hujan berhasil menghentikan langkah – langkahku menyusuri arti. Tentu perkenalan pada perjuangan ini jauh dari direncanakan.

Bajra Sandhi

Baca Juga: Manunggal Dengan Tuhan Di Karang Boma

 

Kuangkat langkah kakiku, kupandangi Bajra Sandhi dari kejauhan. Struktur bangunan mengingatkanku pada Bajra yang biasa para pendeta Hindhu bawa saat membacakan mantra di depan umatnya. Sungguh menakjubkan monument satu ini, segala sesuatunya syarat akan Nusantara yang agung.

Bajra Sandhi

Baca Juga: Gunung Agung Dan Pura Lempuyang Yang Luhur

 

Nyiur hijau dan rerumputan yang asri membawaku masuk melangkahkan kaki mengelilingi Bajra Sandhi yang begitu sejuk dengan taman dan kolam yang dihuni ratusan ikan. Taman ini mungkin tak seindah Babilonia di dongeng – dongeng jaman dahulu, tapi keheningan semacam ini bisa kudapatkan di Denpasar yang mana lagi? Sementara aku menaiki tangga demi tangga, kulihat Denpasar begitu berkecamuk dengan kemacetan dan kusam wajah orang – orang kelelahan mengejar uang.
Semakin masuk ke dalam kutemui telaga tepat di tengah ruangan monumen yang meninggi, lengkap dengan ikan – ikannya yang tenang. Di sekitar terlihat begitu banyak diorama dan lukisan gambaran perjuangan, seperti membawaku kembali ke masa di puncak Cinta atas tanah air yang kini menjadi mainan.

Bajra Sandhi

Baca Juga: 10 Lagu Perjalanan

 

Seusai menaiki 70 anak tangga yang melingkar itu, aku dapat melihat jelas Denpasar kini. Tak hanya itu, di halaman monumen sudah nampak orang – orang berlarian seperti ingin menyehatkan raga mengelilingi lapangan Niti Mandala, juga calon pasutri yang memanfaatkan keelokan Bajra Sandhi untuk mengambil gambar pra-pernikahan.

Bajra Sandhi

Baca Juga: Aku Menulis Kembali

 

Tak banyak kulihat wisatawan domestik mengunjungi Bajra Sandhi. Mungkin mall dan night club lebih menarik kekinian mereka, atau mungkin.. Baiklah, bukan wewenangku untuk menilai. Tetapi monumen perjuangan sekelas Bajra Sandhi yang bercerita ini sangat disayangkan untuk dilewati. Satu yang kuingat, sang proklamator dalam pidatonya 10 November di Surabaya dengan tegas dan lantang mengatakan:

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Sudah saatnya kita mengingat,menghargai,dan belajar dari tokoh bangsa dimasa lalu ,untuk membangun generasi muda indonesia yang lebih baik.”

You Might Also Like

No Comments

    Leave a Reply

    error: Maaf, Konten Dilindungi

    Pin It on Pinterest